Vaksinasi adalah suatu aktivitas yang bertujuan
membentuk kekebalan tubuh dan biasanya dilakukan pada bayi, balita, dan ibu
hamil. Tapi apakah selama ini kita mengetahui dari bahan apa vaksin itu dibuat?
Selama ini kita lebih sering memperhatikan reaksi yang timbul setelah pemberian
suatu vaksin ke dalam tubuh kita.
Apa itu Vaksin?
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang
berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan pada tubuh terhadap
virus. Terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan
tambahan seperti formaldehid, dan thymerosal.
Jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin
hepatitis, polio, rubella, BCG, DPT, Measles Mumps Rubella (MMR). Di Indonesia
sendiri praktik vaksinasi yang dilakukan terutama pada bayi dan balita adalah
hepatitis B, BCG, Polio, dan DPT. Selebihnya seperti vaksinasi MMR bersifat
tidak wajib. Sedangkan, vaksinasi terhadap penyakit cacar air (smallpox)
termasuk vaksinasi yang tidak dilakukan di Indonesia.
Tabel di bawah ini menunjukkan jenis
vaksin yang diperoleh dari praktik aborsi :
Penyakit
|
Vaksin
|
Produsen
|
Sel Line (human fetal)
|
Polio
|
Poliovax
|
Aventis-Pasteur
|
MRC-5
|
Measles
Mumps Rubella
|
MMR II
|
Merck
& Co
|
RA273
& WI38
|
Meales-Rubella
|
Biavax II
|
Merck
& Co
|
RA273
& WI38
|
Rubella
Only
|
MR-VAX
|
Merck
& Co
|
RA273
& WI38
|
Rabies
|
Imovax
|
Aventis-Pasteur
|
MRC-5
|
Hepatitis
A
|
Hivrax
Vagta
|
Glaxo
Smith Kline
Merck
& Co
|
MRC-5
|
Hepatitis
A-B combo
|
Twinnix
|
Glaxo
Smith Kline
|
MRC-5
|
Chickenpox
|
Varixax
|
Merck
& Co
|
WI 38
& MRC-5
|
Smallpox
|
Acambix
1000
|
Acambis
|
MRC-5
|
Ebola
|
Unknown
|
Merck
& Co
|
PER C6
|
HIV
|
Unknown
|
Merck
& Co
|
PER C6
|
Sepsis
|
Xigris
|
Eli Lilley
|
HEK 293
|
Influenza
|
Unknown
|
Medimmune
|
PER C6
|
Sumber Jurnal Halal LPPOM MUI
Vaksin dan Tinjauan Kehalalannya
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang dilakukan
bulan agustus tahun kemarin sempat bermasalah di beberapa wilayah seperti Jawa
Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Banten yang menolak pemberian vaksin karena
diragukan kehalalannya.
Memang kalau kita telaah lebih lanjut, masih
banyak jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan. Seorang
pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal
kera, sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari
sapi, bayi kuda, dan ekstrak mentah lambung babi. Selain itu, beberapa vaksin
juga diperoleh dari aborsi janin manusia yang sengaja digugurkan. Vaksin untuk
cacar air, Hepatitis A, dan MMR diperoleh dengan menggunakan fetall cell line
yang diaborsi, MRC-5, dan WI-38. Vaksin yang mengandung MRC-5 dan WI-38 adalah
beberapa vaksin yang mengandung cell line diploid manusia.
Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini
bukan merupakan suat hal yang dirahasiakan pada publik. Sel line yang biasa
digunakan untuk keperluan vaksin biasanya diambil dari bagian paru-paru, kulit,
otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati yang diperoleh dari aborsi
terpisah. Penamaan isolat biasanya dikaitkan dengan sumber yang diperoleh
misalnya WI-38 adalah isolat yang diperoleh dari paru-paru bayi perempuan
berumur 3 bulan.
Usul Fiqh
Ada kaidah usul fiqh yang mengatakan bahwa
mencegah kemudharatan lebih didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian
alasan yang dijadikan dasar hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan
vaksin polio sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan
yang tidak diperkenankan dalam Islam.
Namun demikian kita tidak boleh hanya bertahan
pada kondisi darurat, melainkan juga melakukan usaha untuk perbaikan. Sudah
sekian banyak Pharmacist muslim lahir di Indonesia dan kita sudah memiliki
pabrik vaksin sendiri di Bandung yaitu Biofarma tentunya sudah tidak ada hal
yang menjadikan kita senantiasa pada kondisi darurat. Jumlah balita di
Indonesia pada tahun 2005 sebesar 24 juta jiwa, di mana 90% adalam muslim yang
butuh vaksinasi yang halal dan aman dari sisi syar’i. Tentunya kita tidak ingin
dalam tubuh dan aliran darah balita kita mengalir unsur-unsur haram.
Mengkritisi Praktek Vaksinisasi / Imunisasi
Serangkaian imunisasi yang terus digiatkan hingga saat
ini oleh pihak-pihak terkait yang katanya demi menjaga kesehatan anak, patut
dikritisi lagi baik dari segi kesehatan maupun syariat. Teori pemberian vaksin
yang menyatakan bahwa “memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada
manusia akan menghasilkan pelindung berupa anti bodi tertentu untuk menahan
serangan penyakit yang lebih besar. Benarkah?
Tiga Mitos Menyesatkan
Vaksin begitu dipercaya sebagai pencegah penyakit. Hal
ini tidak terlepas dari adanya 3 mitos yang sengaja disebarkan. Padahal, hal
itu berlawanan dengan kenyataan. effektif melindungi manusia dari penyakit.
Kenyataan: Banyak penelitian medis mencatat kegagalan vaksinasi.
Campak, gabag, gondong, polio, terjadi juga di pemukiman penduduk yang telah
diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun 1989, wabah campak terjadi di sekolah
yang punya tingkat vaksinasi lebih besar dari 98%. WHO juga menemukan bahwa
seseorang yang telah divaksin campak, punya kemungkinan 15 kali lebih besar
untuk terserang penyakit tersebut daripada yang tidak divaksin.
Imunisasi merupakan sebab utama penurunan jumlah
penyakit. Kebanyakan penurunan penyakit terjadi sebelum dikenalkan imunisasi
secara masal. Salah satu buktinya, penyakit-penyakit infeksi yang mematikan di
AS dan Inggris mengalami penurunan rata-rata sebesar 80%, itu terjadi sebelum
ada vaksinasi. The British Association for the Advancement of Science
menemukan bahwa penyakit anak-anak mengalami penurunan sebesar 90% antara 1850
dan 1940, dan hal itu terjadi jauh sebelum program imunisasi
diwajibkan.imunisasi benar-benar aman bagi anak-anak Yang benar, imunisasi
lebih besar bahayanya. Salah satu buktinya, pada tahun 1986, kongres AS
membentuk The National Childhood Vaccine Injury Act, yang mengakui
kenyataan bahwa vaksin dapat menyebabkan luka dan kematian. Racun dan Najis?
Tak Masuk Akal.
Apa saja racun yang terkandung dalam vaksin? Beberapa racun dan bahan berbahaya yang biasa digunakan seperti Merkuri, Formaldehid, Aluminium, Fosfat, Sodium, Neomioin, Fenol, Aseton, dan sebagainya. Sedangkan yang dari hewan biasanya darah kuda dan babi, nanah dari cacar sapi, jaringan otak kelinci, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, serum anak sapi, dan sebagainya. Sungguh, terdapat banyak persamaan antara praktik penyihir zaman dulu dengan pengobatan modern. Keduanya menggunakan organ tubuh manusia dan hewan, kotoran dan racun (informasi ini diambil dari British National Anti-Vaccination league)
Dr. William Hay menyatakan, “Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatannya. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.” ….. (Immunisation:The Reality behind the Myth)
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Manusia merupakan khalifah di bumi, sehingga merupakan ashraful
makhluqaat (makhluk termulia). Mengingat keunggulan fisik, kecerdasan, dan
jiwa secara hakiki, manusia mengungguli semua ciptaan Allah yang ada. Manusia
merupakan makhluk unik yang dilengkapi sistem kekebalan alami yang berpotensi
melawan semua mikroba, virus, serta bakteri asing dan berbahaya. Jika manusia
menjalani hidupnya sesuai petunjuk syariat yang berupa perintah dan larangan,
kesehatannya akan tetap terjaga dari serangan virus, bakteri, dan kuman
penyakit lainnya. Sedangkan orang-orang kafir, mengangap adanya kekurangan
dalam diri manusia sebagai ciptaan Allah, sehingga berusaha sekuat tenaga
memperkuat sistemn pertahanan tubuh melalui imunisasai yang tercampur najis dan
penuh dengan bahaya.
Manusia merupakan makhluk yang punya banyak kelebihan.
Terdapat perbedaan yang mencolok antara manusia dengan hewan tingkat rendah.
Apa yang dapat diterapkan padanya tidak cocok bagi hewan, demikian juga
sebaliknya. Namun, orang-orang atheis menyamakan hewan dengan manusia, sebab
mereka menganut teori evolusi manusia melalui kera yang sangat “menggelikan”.
Oleh karena itu, mereka percaya bahwa apa yang dimiliki hewan dapat secara aman
dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Jadi, sel-sel hewan, virus, bakteri, darah,
dan nanah disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Logika setan ini adalah
menjijikkan menurut Islam.
Imunisasi digembar-gemborkan sebagai suatu bentuk
keajaiban pencegahan penyakit, padahal faktanya cara itu tidak lebih hanya
sebagai proyek penghasil uang para dokter dan perusahaan farmasi. Dalam
kenyataannya, imunisasi lebih banyak menyebabkan bahaya daripada kesehatan.
Bahkan, mengacaukan proses-proses alami yang ada dalam ciptaan-Nya. Nah, dengan
paparan singkat ini, orang tua mana yang merasa tidak takut untuk memberikan
imunisasi pada anaknya ? Wallahu a’alam.
0 comments
Posting Komentar