DEFINISI TASAWWUF


TASAWWUF
Hakikat ajaran tasawuf adalah ajaran tentang latihan hidup sederhana untuk mensucikan jiwa. Secara umum, targetnya ada dua yakni : Pertama : Berusaha mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya, atau disebut Taqarrub.. Kedua : Usaha mensucikan jiwa sesuci-sucinya sehingga dapat melihat (kebesaran) Allah SWT. Jadi tasawuf identik dengan akhlak yang luhur. Oleh karena itu apabila barbicara masalah tasawuf maka akan berbicara tentang masalah yang sangat luas, yakni akhlak secara keseluruhan.

Walaupun demikian ada beberapa objek bahasan hal yang secara khas dibahas dalam tasawuf, atau disebut inti ajaran tasawuf, yakni (i) Konsep latihan pensucian jiwa atau mujahadah al-nafs dan (ii) Konsep hidup zuhud (ascetic), serta (iii) konsep wali Allah dan karamah. Ajaran Tasawuf yang benar adalah ajaran tasawuf  yang berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadits

Tasawwuf adalah bagian dari Islam. Untuk mencapai kesempurnaan ibadah dan keyakinan dalam Islam, diantaranya dengan  jalan  Tasawwuf, yaitu melalui thariqah-thariqah yang mu’tabar dari segi silsilah dan ajarannya. Para ulama besar kaum muslimin sama sekali tidak menentang Tasawwuf, tercatat banyak dari mereka yang menggabungkan diri sebagai pengikut dan murid Tasawwuf, para ulama tersebut berkhidmat dibawah bimbingan seorang syaikh thariqah yang arif, bahkan walaupun ulama itu lebih luas wawasannya tentang pengetahuan Islam, namun mereka tetap menghormati para syaikh yang mulia, hal ini dikarenakan keilmuan yang diperoleh dari jalur pendidikan formal adalah ilmu lahiriah, sedangkan untuk memperoleh ilmu batiniyah dalam membentuk qalbun salim dan kesempurnaan ahlak, seseorang harus menyerahkan dirinya untuk berkhidmat dibawah bimbingan seorang syaikh Tasawwuf yang sejati.

DEFINISI TASAWWUF
Terminologis
Mengenai asal mula atau akar kata Tassawwuf, Ulama telah berselisih pendapat tentangnya. Secara singkat, Perbedaan dikalangan mereka dapat dikelompokkan menjadi tujuh pendapat  :
1.  Tasawwuf berasala dari kata yang berarti bersih,ini adalah  pendapat dari syaikh Mahmud Amin An-Nawawi, beliau berkata : “Segolongan ahli Tasawwuf berkata bahwasanya pemberian nama menjadi sufiyah karena kesucian rahasianya dan kebersihan kelakuannya.”
2. Istilah sufi adalah nama yang dinisbatkan kepada kata yang bentuk jama`nya berarti shaf atau barisan. Hal ini sesuai dgn keterangan Mahmud Amin An-Nawawy yang mengatakan ”Tetapi segolongan lain  berkata ; bahwasanya mereka menamakan sufiyah karena mereka berada pada posisi shaf yang terdepan disisi Allah `Azza Wa Jalla dgn ketinggian cita-citanya kepada-Nya dan utk bertemu dengan-Nya serta hatinya selalu tegak disisi-Nya.”
3. Istilah sufi adalah nama yang dinisbatkan kepada perkataan yang diberikan kepada orang-orang Sufi dimasa Rasulullah SAW karena mereka menempati gubuk-gubuk yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW disekitar masjid Madinah. Hal ini sesuai dengan keterangan Abul`Alaa`Afiefy yang mengatakan ”Sufi berkaitan dgn Ahlush Shuffah; yaitu nama yang dikhususkan kepada beberapa Fakir-Muslim pada masa permulaan Islam. Mereka itu termasuk orang-orang yang tidak memiliki rumah. Maka mereka menempati gubuk yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW diluar Masjid Madinah”.
4. Istilah sufi adalah nama yang dinisbatkan kepada kata yang artinya bulu atau wol. Karena orang-orang Tasawwuf pada umumnya mengkhususkan dirinya dengan memakai pakaian yang berasal dari bulu domba. Hal ini dikatakan oleh Qusyairy ”Adapun orang-orang yang mengatakan bahwa berasal dari kata Shuuf adalah dia berpakaian Shuuf jika ia memakai baju bulu; sebagaimana dikatakan dia berpakaian kemeja bila memakai kemeja”.
5. Istilah sufi adalah nama yang dinisbatkan kepada kata yang artinya pilihan. Hal ini dikatakan oleh Yusuf bin Al-Husein “Setiap umat terdapat orang-orang pilihan ; dan mereka adalah titipan Allah yang tersembunyi dari makhluk-Nya Apabila terdapat orang-orang tersebut pada ummat ini maka mereka itulah Sufiyah”.
6. Istilah sufi adalah nama yang dinisbatkan kepada keterangan Karena pada umumnya orang-orang Tasawwuf menonjolkan dirinya dgn menunjukkan sifat-sifatnya yang terpuji. Hal ini diterangkan oleh Mahmud Amin An-Nawawi ”Pernah Asy Syibli ditanya Mengapa orang-orang Sufi dinamakan Sufi ? Ia menjawab Karena padanya terlukis adanya gambaran dan ketetapan sifat.
7. Istilah sufi adalah nama yang dinisbatkan kedalam bahasa Yunani; dari kata “Sopos” atau “Sapis” yang dapat diartikan dgn “Ahli Mistik”. Hal ini sesuai dgn keterangan Yoseph Founhamer dan Tholuck yang diterjemahkan oleh Abul `Alaa `Afiefy kedalam bahasa Arab yang artinya ” ?dan sesungguhnya ada dua macam kata bahasa Arab “Sufiyyu” dan “Shaafiyyu” bersumber dari kata asli bahasa Yunani dari kata “Sopos” dan “Sapis” “.
Banyak penulis lebih cenderung mengambil pendapat Al-Qusyairy sebagai pendapat yang paling kuat dari seluruh pendapat tersebut dimuka. Karena pada umumnya orang-orang memberikan nama panggilan kepada orang lain berdasarkan kebiasaan lahiriah yang paling menonjol padanya; misalnya pakaiannya. Karena ciri khas yang paling menonjol dan gampang diketahui pada orang Tasawwuf adalah pakaian wolnya maka ia dinamakan Sufi .
Tasawwuf secara Etimologis
Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya mengutip 50 definisi dari ulama Salaf; sementara Imam Abu Nu'aim al-Ishbahani dalam "Ensiklopedia Orang-Orang Suci"-nya Hikayat al-awliya' mengutip sekitar 141 definisi, antara lain:

"Tasawuf adalah bersungguh-sungguh melakukan suluk yaitu perjalanan' menuju malik al muluk `Raja semua raja' (Allah `azza wa jalla)."

"Tasawuf adalah mencari wasilah 'alat yang menyampaikan' ke puncak fadhilah 'keutamaan'."

Definisi paling panjang yang dikutip Abu Nu'aim berasal dari perkataan Imam al-Junaid ra. ketika ditanya orang mengenai makna tasawuf:

"Tasawuf adalah sebuah istilah yang menghimpun sepuluh makna:
1. tidak terikat dengan semua yang ada di dunia sehingga tidak berlomba- lomba mengerjarnya.
2. Selalu bersandar kepada Allah `azza wa jalla,.
3. Gemar melakukan ibadah ketika sehat.
4. Sabar kehilangan dunia (harta).
5. Cermat dan berhati-hati membedakan yang hak dan yang batil.
6. Sibuk dengan Allah dan tidak sibuk dengan yang lain.
7. Melazimkan dzikir khafi (dzikir hati).
8. Merealisasikan rasa ikhlas ketika muncul godaan.
9. Tetap yakin ketika muncul keraguan dan
10. Teguh kepada Allah dalam semua keadaan. Jika semua ini berhimpun dalam diri seseorang, maka ia layak menyandang istilah ini; dan jika tidak, maka ia adalah pendusta. [Hilayat al-Awliya]
Beberapa fuqaha 'ahli fikih' juga mengemukakan definisi tasawuf dan mengakui keabsahan tasawuf sebagai ilmu kerohanian Islam. Di antara mereka adalah: Imam Muhammad ibn Ahmad ibn Jazi al-Kalabi al-Gharnathi (w. 741 H.) dalam kitabnya al Qawanin al Fiqhiyyah li Ibn Jazi hal. 277 menegaskan:


"Tasawuf masuk dalam jalur fiqih, karena ia pada hakikatnya adalah fiqih batin (rohani), sebagaimana fiqih itu sendiri adalah hukum-hukum yang berkenaan dengan perilaku lahir."


Imam `Abd al-Hamid al-Syarwani, dalam kitabnya Hawasyi al-Syarwani juz VII, menyatakan: "Ilmu batin (kerohanian), yaitu ilmu yang mengkaji hal ihwal batin (rohani), yakni yang mengkaji perilaku jiwa yang buruk dan yang baik (terpuji),itulah ilmu tasawuf."


Imam Muhammad `Amim al-Ihsan dalam kitabnya Qawa'id al-Fiqih, dengan mengutip pendapat Imam al-Ghazali, menyatakan:


"Tasawuf terdiri atas dua hal: Bergaul dengan Allah secara benar dan bergaul dengan manusia secara baik. Setiap orang yang benar bergaul dengan Allah dan baik bergaul dengan mahluk, maka ia adalah sufi."


Definisi-definisi tersebut pada dasarnya saling melengkapi satu sama lain, membentuk satu kesatuan yang tersimpul dalam satu ikatan: "Tasawuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah".
Penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs) merupakan ruh dari takwa, sementara takwa merupakan sebaik-baik bekal (dalam perjalanan menuju Allah), sehingga dikatakan oleh Imam Muhammad Zaki Ibrahim, pemimpin tarikat sufi Al-Asyirah Al-Muhammadiyyah di Mesir, bahwa "tasawuf adalah takwa. Takwa tidak hanya berarti "mengerjakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Takwa juga meliputi "cinta, ikhlas, sabar, zuhud, qana'ah, tawadhu', dan perilaku-perilaku batin lainnya yang masuk ke dalam kategori makarim al-akhlaq (alkhlak yang mulia) atau al-akhlaq al-mahmudah (akhlak yang terpuji)".
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila tasawuf juga sering didefinisikan sebagai akhlak, yaitu akhlak bergaul dengan Allah dan akhlak bergaul dengan semua makhluk-Nya. Imam Muhammad ibn `Ali al-Kattani, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya, menegaskan bahwa "tasawuf adalah akhlak". Imam Abu Nu'aim al-Ishbahani juga mengutip definisi senada dalam Hilyat al-Awliya-nya: "Tasawuf adalah berakhlak dengan akhlak (orang-orang ) mulia."
Definisi terakhir di atas sejalan dengan keberadaan Nabi SAW yang diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana ditegaskan oleh beliau sendiri dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal
"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik." Para perawi hadis ini adalah para perawi sahih (rijal al-shahih). (Majma' al-Zawaid, juz VIII hal.188)

Imam Muhammad Zaki Ibrahim
berkata : "Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai definisi tasawuf, semua definisi yang ada mengarah kepada satu titik yang sama, yaitu taqwa dan tazkiyah. Tasawuf adalah hijrah menuju Allah SWT, dan pada hakikatnya semua definisi yang ada bersifat saling melengkapi." (Abjadiyyah al-Tasawwuf al-Islami, atau Tasawuf Salafi, hal.7)
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : "Tasawwuf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya. Tasawwuf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)"1
Sedangkan imam Syatibi rahimahullah mendefinisikan Tasawwuf sebagai :  “Prilaku berakhlak dengan akhlak yang terpuji dan meninggalkan akhlak yang tercela. Dan melupakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya dan selalu bersama Allah.  Kedua pengertian tersebut pada hakikatnya memiliki satu arti, namun yang satunya diartikan sebagai awal perjalanan dan yang satunya lagi diartikan sebagai akhir perjalanan.  Kedua pengertian tersebut adalah sifat Tasawwuf, namun pengertian yang pertama tidak berhubungan dengan keadaan {Al Hal), sedangkan yang kedua berhubungan dengan keadaan.”

Tidak satu definisi-pun yang mampu menggambarkan secara utuh apa yang disebut dengan tasawuf. Demikian pula, tidak ada satu penjelasan pun yang mampu menggambarkan apa yang disebut denga ihsan 'beribadah seolah-olah melihat Allah', karena hal itu menyangkut soal "rasa dan pengalaman" bukan "penalaran atau pemikiran". Pemahaman yang utuh mengenai tasawuf dan sekaligus ihsan hanya muncul setelah seseorang "mengalami" dan tidak sekadar "membaca" definisi-definisi yang dikemukakan orang.


------
1.   Majmu' al Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, tanpa tahun, Cairo.

0 comments

Post a Comment