I’RAB SURAH AT-TAUBAH : 3



أَنَّ اَللهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ

Secara terjemahan ayat diatas sering diterjemahkan dengan : “Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin …”

Sedangkan menurut pemaknaan perkata adalah :“Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan RasulNya.”

Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa ada seorang laki-laki dari gurun (badui) masuk Islam dan meminta diajarkan sesuatu dari Al Quran. Kemudian seorang kaum muslimin membacakan awal surat At Taubah:  “Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu ; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”( At Taubah : 3)
Akan tetapi orang tersebut membacanya sebagai berikut :
أَنَّ اللّهَ بَرِيءٌ مِنَ المُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلِهِ
Yaitu dengan mengkasrahkan kata رَسُوْلُ sehingga artinya berubah menjadi “bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan RasulNya.”
Berkatalah orang badui tersebut : “Apakah benar bahwa Allah berlepas diri dari Rasul Nya?  Demi Allah aku akan berlepas diri dari orang yang Allah berlepas diri darinya.” Ketika Umar mengetahui hal tersebut, ia mengutus seseorang ke orang tersebut dan membenarkan bacaannya dan Ia berseru kepada manusia:”Hendaknya seseorang tidak membaca Al Quran kecuali ia mengetahui bahasa Arab”.
Mungkin kita akan bertanya tentang I’raf ayat diatas, mengapa kalimat1 rasul pada ayat diatas terbaca Rasuluhu (mu’raf) bukan dibaca Rasulahu (Manshub) ? bukankah kalimat Rasul athaf kepada kalimat Allah ? Sedangkan Allah manshub dengan sebab adanya amil انّ (inna )?

 Jawabannya bisa dua jawaban :
1.     Karena ternyata amil انّ (inna ) itu tidak selamanya menyebabkan isim harus dibaca nashab, boleh saja sebuah isim ma’thuf (yang mengikuti) dibaca rafa’. Tentunya karena suatu alasan. Diantaranya alasannya adalah kalau isim ma’thuf tersebut dimaksudkan athaf kepada mufrad maka lazimnya memang harus manshub, tetapi jika isim tersebut athaf terhadap jumlah maka boleh dirafa’kan sebagai mubtada’. Tergantung konteks kalimat dan gaya bahasa macam apa yang dipakai.

2.    Dalam tata bahasa arab dan sebenarnya  juga bahasa lainnya (termasuk bahasa Indonesia) ,dikenal adanya kalimat yang dibuang karena sudah ma’fum (diketahui maknanya). Ini bukanlah sesuatu yang asing kecuali bagi orang yang baru bisa bicara sepotong-sepotong.  Demikian juga dengan ayat diatas, menurut Tafsir Shawi, ayat diatas telah dibuang sebagian khabarnya. Jadi seharusnya bunyinya seperti ini :  “Bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan RasulNya (juga) berlepas diri dari orang-orang musyrikin …”


Analoginya seperti ini :

1. “Sesungguhnya Ahmad  dan  Zaid suka makan sate.”

Sesungguhnya              =       Amil Inna
Ahmad                        =       Isim Inna manshub dengan sebab amil Inna
Dan                            =       huruf athaf
Zaid                           =       Ma’thuf kepada Ahmad
Suka makan Sate         =       Khabar Inna

Jumlah2 diatas bisa dipahami sebagai sebuah jumlah (kalimat) yang memiliki makna yang jelas.
Dan sekarang, mari kita simak kalimat kedua berikut ini :

2. “Sesungguhnya Ahmad  suka makan sate dan Zaid (juga suka makan sate) .”

Sesungguhnya            =       Amil Inna
Ahmad                      =       Isim Inna manshub dengan sebab amil Inna
Suka makan Sate        =       Khabar Inna
Dan                          =       huruf athaf
Zaid                        =       Ma’thuf kepada Ahmad dengan adanya takdir khabar : (Juga) suka makan sate.

Perhatikan dua jumlah/kalimat diatas, meskipun secara susunannya berbeda, tetapi memiliki makna dan pengertian yang sama. Yaitu sama-sama bisa dipahamai bahwa dua kalimat diatas menceritakan tentang adanya dua orang yang bernama Ahmad dan Zaid dan keduanya suka makan Sate.
Demikian penjelasan tentang I’raf ayat diatas. Semoga bermanfaat. Wallahua'lam.
---
1.    Dalam bahasa arab ‘kalimat artinya adalah kata,
2.     ‘jumlah’  dalam bahasa arab artinya adalah kalimat.

0 comments

Post a Comment